Selasa, 06 November 2012

diare


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit akut dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan anak yang baru lahir. Pada bab ini, saya akan membahas asuhan kebidanan pada bayi dan anak dengan penyakit akut dan infeksi. Penyakit akut dan infeksi yang sering diderita anak dan bayi salah satunya adalah “DIARE”. Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orangtua mengenai kesehatan dan perawatan anak dan  bayi di rumah yang sedang terkena DIARE. Namun dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi). Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Definisi Diare ?
Apa saja penyebab diare?
Apa saja gejala pada anak yang terkena diare?
Apa saja pencegahan dan pengobatan pada anak yang terkena diare?

1.3  TUJUAN PENULISAN
 Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis mampu memahami dan memberikan asuhan yang tepat pada bayi dan anak yang terkena DIARE dengan segera dan penulis juga dapat:
1.     Memperoleh pengalaman yang nyata dalam merawat pasien diare dan menerapkan konsep perawatan yang didapatkan di bangku perkuliahan.
2.    Membandingkan keadaan nyata dengan teori yang tersedia.










BAB II
Tinjauan Teoritis

2.1 DEFINISI
Apa sih diare itu ? Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita buang air besar dengan konsistensi cair. Penderita buang air berkali-kali, tiga sampai lima kali sehari, fesesnya encer dan kadang-kadang mengandung darah atau lendir. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui feses. Bila penderita diare terlalu banyak kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun (IDAI 2006).
Bayi berumur kurang dari satu bulan dinyatakan diare bila frekuensi buang air besarnya lebih dari empat kali sehari. Sedangkan untuk bayi di atas satu bulan, bila buang air besar lebih dari tiga kali sehari dinyatakan diare (Siswono 2001).
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-anak. Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Terkadang orang tua kerap bertanya-tanya apakah bayinya mengalami diare. Pada anak-anak, konsistensi tinja lebih diperhatikan daripada frekuensi BAB, hal ini dikarenakan frekuensi BAB pada bayi lebih sering dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali dalam sehari. Frekuensi BAB yang sering pada anak belum tentu dikatakan diare apabila konsistensi tinjanya seperti hari-hari pada umumnya. Seorang ibu dapat mengetahui kapan anaknya terkena diare, dan bergantung pada situasi anak.

2.2 Anatomi Fisiologi
 Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus,corpus dan antrum pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Spingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spingter cardiac atau spingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunica serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus.
 Fungsi lambung terdiri dari: menampung makanan, menghancurkan.
 Getah cerna lambung dihasilkan oleh:
·         Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
·         HCl, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
·         Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen.
Usus Halus (Intestinum Minor)
            Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejenum. jejenum dan ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan :
Ø  Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
Ø  Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja kolesistokinin.
 Fungsi usus halus:
1.     Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-saluran limfe.
2.    Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3.    Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
 Fungsi usus besar:
1.     Menyerap air dan makanan.
2.    Tempat tinggal bakteri coli.
3.    Tempat feses.

2.3 PENYEBAB DIARE
Diare dapat menyebabkan seseorang kekurangan cairan. Penyebab diare bermacam-macam, diantaranya infeksi (bakteri maupun virus) maupun alergi makanan (khususnya susu atau laktosa). Diare pada anak harus segera ditangani karena bila tidak segera ditangani, diare dapat menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa berakibat fatal.
·         Infeksi virus
Virus yang paling banyak menimbulkan diare adalah rotavirus. Rotavirus turut berkontribusi sebesar 15-25% diare pada anak usia 6-24 bulan. (WHO)
·         Infeksi Bakteri
            Bakteri seperti Shigella, Vibrio cholera, Salmonella (non thypoid), Campylobactery jejuni maupun Escherichia coli bisa saja merupakan penyebab diare pada buah hati anda. Anak anda kemungkinan mengalami diare akibat infeksi bakteri jika diare yang dialaminya sangat hebat, diikuti dengan kejang, terdapat darah di tinjanya, serta demam.
·         Parasit
            Infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan diare. Penyakit giardiasis misalnya. Penyakit ini disebabkan parasit mikroskopik yang hidup dalam usus. Gejala giardiasis diantaranya adalah banyak gas, tinja yang sangat banyak dan berbau busuk, perut kembung, serta diare.
·         Antibiotik
            Jika anak atau bayi anda mengalami diare selama pemakaian antibiotik, mungkin hal ini berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya. Antibiotik bisa saja membunuh bakteri baik dalam usus selama pengobatan. Konsultasikan pada dokter mengenai hal ini. Namun, jangan hentikan pengobatan pada anak anda sampai dokter memberikan persetujuan.
·         Makanan dan Minuman
            Terlalu banyak jus (terutama jus buah yang mengandung sorbitol dan kandungan fruktosa yang tinggi) atau terlalu banyak minuman manis dapat membuat perut bayi “kaget” dan menyebabkan diare.
·         Alergi Makanan
            Alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap makanan yang masuk. Alergi makanan pada bayi biasa terjadi pada bayi yang mulai mengenal makanan pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen (penyebab alergi) yang paling umum dijumpai pada bayi. Selain protein susu, alergen yang umum dijumpai adalah telur, kedelai, gandum, kacang, ikan, dan kerang-kerangan. Konsultasikan pada dokter jika anda mencurigai anak anda memiliki alergi makanan. Alergi makanan dapat menyebabkan berbagai reaksi (salah satunya adalah diare) dalam waktu singkat maupun setelah beberapa jam.
·         Intoleransi Makanan
            Berbeda dengan alergi makanan, intoleransi makanan tidak dipengaruhi oleh sistem imun. Contoh intoleransi makanan adalah intoleransi laktosa (sangat jarang ditemukan pada bayi). Bayi yang mengalami intoleransi laktosa, artinya bayi tersebut tidak cukup memproduksi laktase, suatu enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa (yaitu gula dalam susu sapi dan produk susu lainnya). Gejala seperti diare, perut kembung, dan banyak gas bisa terjadi bila laktosa tidak terurai. Gejala biasanya muncul sekitar satu atau dua jam setelah mengkonsumsi produk susu.

2.4 FAKTOR PENYEBAB DIARE
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1.     Faktor infeksi
Infeksi interal, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi:
·         Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.
·         Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
·         Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
·         Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

2.    Faktor malabsorpsi

·         Malabsorpsi karbohidrat.
·         Malabsorpsi lemak.
·         Malabsorpsi protein.

3.    Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
4.    Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.


2.5 JENIS DIARE
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
v  Diare cair akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
v  Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
v  Diare persisten
Yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
v  Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan buku diare dan tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
v  Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan.
v  Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi.
v  Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2.6 TANDA DAN GEJALA
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Ø  Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
 - BAB cair 1-2 kali sehari
 - Muntah tidak ada
- Haus tidak ada
 - Masih mau makan
 - Masih mau bermain
Tindakan:
 - Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya
 - ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
 - Makanan diberikan seperti biasanya
 - Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat

Ø  Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
 - BAB cair 4-9 kali sehari
 - Kadang muntah 1-2 kali sehari
 - Kadang panas
 - Haus
 - Tidak mau makan
 - Badan lesu lemas
Tindakan:
 - Berikan oralit
 - ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
 - Teruskan pemberian makanan yang lunak, mudah dicerna.
 - Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat.

Ø  Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
 - BAB cair terus-menerus
 - Muntah terus-menerus
 - Haus sekali
 - Mata cekung
 - Bibir kering dan biru
 - Tangan dan kaki dingin
 - Sangat lemah
 - Tidak mau makan
 - Tidak mau bermain
 - Tidak BAK 6 jam atau lebih
 - Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
Tindakan:
 - Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas Perawatan
 - Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
ü  Takaran pemberian oralit untuk penderita Diare
• Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1.5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali BAB cair.
• Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali BAB cair.


2.7 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pencegahan terjadinya diare pada anak adalah dengan tidak membiasakan buang air besar sembaragan, karena kuman penyakit tersebar di mana-mana. Selain itu, makan makanan yang bersih dan bergizi seimbang, sesuai dengan umur anak. Juga biasakan mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah makan.
Apabila anak mengalami diare segera ganti cairan tubuhnya dengan meminumkan larutan garam gula atau ORALIT sebanyak yang ia mau minum. Cara membuat larutan garam gula adalah segelas air teh masak ditambah dengan dua sendok teh (sdt) gula dan seujung sdt garam, diaduk rata. Pada bayi di bawah enam bulan tetap diberikan ASI meskipun sedang diare. Hal ini dikarenakan ASI mengandung 90% cairan sehingga cairan yang terbuang dapat digantikan oleh ASI. Jika diare tak kunjung berhenti segera bawa anak ke Puskesmas terdekat (IDAI 2006).
Cara membuat larutan gula garam atau Oralit
• Gula satu sendok teh penuh
• Garam ¼ sendok teh
• Air masak satu gelas
• Campur diaduk sampai larut
Amatlah penting untuk memberikan gizi yang cukup selama diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Makanan dan minuman jangan dihentikan lebih dari 24 jam saat anak mengalami diare, karena pulihnya mukosa usus tergantung pada gizi yang cukup. Bila tidak, maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahakan terjadinya diare kronik.
Pemberian kembali makanan dan minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare (Subijanto dkk 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Lama More RA dkk (1998) menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak karena nukleotida adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten.
Bayi berusia 6 bulan ke bawah cukup diberi ASI saja, tanpa ada tambahan makanan lain. Pada bayi di atas 6 bulan wajib diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan zat gizinya sudah dapat dipenuhi oleh ASI. Contoh menu untuk bayi menjelang satu tahun :
Pukul 06.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur buah/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 20.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Setelah berusia satu tahun anak diberikan makan makanan keluarga namun dengan konsistensi dan porsi sesuai umur anak. Asupan gizi anak harus seimbang untuk memulihkan kondisinya yang banyak kehilangan zat gizi akibat diare (Anonim 2007).

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Diare adalah satu dari gejala yang lebih sering terjadi pada anak yang mengganggu motilitas usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air besar yang frekuensinya bertambah. Keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare dapat dicegah dengan kebiasaan hidup bersih dan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan umur anak. Diare juga dapat disembuh dengan mengganti cairan anak yang terkena diare dengan cara memberi oralit sesuai dengan takaran pemberian atau umur anak. Pada anak ASI esklusif, pemberian ASI harus tetap diberikan pada anak dengan diare karena ASI mengandung cairan yang dibutuhkan oleh bayi dengan diare.

SARAN
1)    Ibu harus dapat membedakan feses yang dikeluar kan pada anak diare dan anak tanpa diare.
2)   Ibu harus memberikan pertolongan pertama pada anak yang terkena diare.
3)   Beritahu ibu diare yang seperti apa yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

1 komentar:

  1. mantap dakh...kunjungan baliknya ke
    http://semua-ada-lho.blogspot.com
    ditunggu ya

    BalasHapus