BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Penyakit akut dan infeksi umumnya dapat
menyerang bayi dan anak yang baru lahir. Pada bab ini, saya akan membahas
asuhan kebidanan pada bayi dan anak dengan penyakit akut dan infeksi. Penyakit
akut dan infeksi yang sering diderita anak dan bayi salah satunya adalah
“DIARE”. Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orangtua
mengenai kesehatan dan perawatan anak dan
bayi di rumah yang sedang terkena DIARE. Namun dalam menjalankannya
seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan,
pengkajian klinis dan yang pasti asuhan pada bayi baru lahir (pengkajian,
perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi). Melalui makalah ini
pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada
bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Definisi
Diare ?
Apa
saja penyebab diare?
Apa
saja gejala pada anak yang terkena diare?
Apa
saja pencegahan dan pengobatan pada anak yang terkena diare?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar
penulis mampu memahami dan memberikan asuhan yang tepat pada bayi dan anak yang
terkena DIARE dengan segera dan penulis juga dapat:
1. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam
merawat pasien diare dan menerapkan konsep perawatan yang didapatkan di bangku
perkuliahan.
2. Membandingkan keadaan nyata dengan teori
yang tersedia.
BAB II
Tinjauan Teoritis
2.1 DEFINISI
Apa sih diare itu ? Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita buang air besar dengan konsistensi
cair. Penderita buang air berkali-kali, tiga sampai lima kali sehari, fesesnya
encer dan kadang-kadang mengandung darah atau lendir. Diare menyebabkan cairan
tubuh terkuras keluar melalui feses. Bila penderita diare terlalu banyak
kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada
bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun (IDAI 2006).
Bayi berumur kurang dari satu bulan dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besarnya lebih dari empat kali sehari. Sedangkan untuk bayi
di atas satu bulan, bila buang air besar lebih dari tiga kali sehari dinyatakan
diare (Siswono 2001).
Diare
merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-anak. Menurut WHO,
diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Terkadang orang
tua kerap bertanya-tanya apakah bayinya mengalami diare. Pada anak-anak,
konsistensi tinja lebih diperhatikan daripada frekuensi BAB, hal ini
dikarenakan frekuensi BAB pada bayi lebih sering dibandingkan orang dewasa,
bisa sampai lima kali dalam sehari. Frekuensi BAB yang sering pada anak belum
tentu dikatakan diare apabila konsistensi tinjanya seperti hari-hari pada
umumnya. Seorang ibu dapat mengetahui kapan anaknya terkena diare, dan bergantung
pada situasi anak.
2.2
Anatomi Fisiologi
Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang
di bawah diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus,corpus dan antrum pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas
lambung terdapat cekungan kurvatura minor
dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura
mayor. Spingter pada kedua ujung
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spingter cardiac atau spingter
esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah
refluks isi lambung memasuki
esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunica serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan
peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus
memanjang ke arah hati membentuk omentum
minus.
Fungsi lambung terdiri dari: menampung
makanan, menghancurkan.
Getah cerna lambung dihasilkan oleh:
·
Pepsin,
fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
·
HCl,
fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
·
Renin,
fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
karsinogen.
Usus
Halus (Intestinum Minor)
Usus
halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejenum. jejenum dan ileum
panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4
lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai
lapisan viseral dan parietal,
ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang
meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan :
Ø Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah
tipis.
Ø Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu
gerakan peristaltik usus.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama :
pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan
disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan
pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai
oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
1.
Menerima
zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-saluran limfe.
2.
Menyerap
protein dalam bentuk asam amino.
3.
Karbohidrat
diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar:
1.
Menyerap
air dan makanan.
2.
Tempat
tinggal bakteri coli.
3.
Tempat
feses.
2.3
PENYEBAB DIARE
Diare dapat menyebabkan seseorang
kekurangan cairan. Penyebab diare bermacam-macam, diantaranya infeksi (bakteri maupun virus) maupun alergi makanan (khususnya susu atau
laktosa). Diare pada anak harus segera ditangani karena bila tidak segera
ditangani, diare dapat menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa berakibat fatal.
·
Infeksi
virus
Virus yang paling banyak menimbulkan diare adalah
rotavirus. Rotavirus turut
berkontribusi sebesar 15-25% diare pada anak usia 6-24 bulan. (WHO)
·
Infeksi
Bakteri
Bakteri
seperti Shigella, Vibrio cholera, Salmonella (non thypoid), Campylobactery
jejuni maupun Escherichia coli bisa saja merupakan penyebab diare pada buah hati
anda. Anak anda kemungkinan mengalami diare akibat infeksi bakteri jika diare
yang dialaminya sangat hebat, diikuti dengan kejang, terdapat darah di
tinjanya, serta demam.
·
Parasit
Infeksi
akibat parasit juga dapat menyebabkan diare. Penyakit giardiasis misalnya. Penyakit ini disebabkan parasit
mikroskopik yang hidup dalam usus. Gejala giardiasis diantaranya adalah banyak
gas, tinja yang sangat banyak dan berbau busuk, perut kembung, serta diare.
·
Antibiotik
Jika
anak atau bayi anda mengalami diare selama pemakaian antibiotik, mungkin hal
ini berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya. Antibiotik bisa saja
membunuh bakteri baik dalam usus selama pengobatan. Konsultasikan pada dokter
mengenai hal ini. Namun, jangan hentikan pengobatan pada anak anda sampai
dokter memberikan persetujuan.
·
Makanan
dan Minuman
Terlalu
banyak jus (terutama jus buah yang mengandung sorbitol dan kandungan fruktosa
yang tinggi) atau terlalu banyak minuman manis dapat membuat perut bayi “kaget”
dan menyebabkan diare.
·
Alergi
Makanan
Alergi
makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap makanan yang masuk. Alergi
makanan pada bayi biasa terjadi pada bayi yang mulai mengenal makanan
pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen (penyebab alergi) yang paling
umum dijumpai pada bayi. Selain protein susu, alergen yang umum dijumpai adalah
telur, kedelai, gandum, kacang, ikan, dan kerang-kerangan. Konsultasikan pada
dokter jika anda mencurigai anak anda memiliki alergi makanan. Alergi makanan
dapat menyebabkan berbagai reaksi (salah satunya adalah diare) dalam waktu
singkat maupun setelah beberapa jam.
·
Intoleransi
Makanan
Berbeda
dengan alergi makanan, intoleransi makanan tidak dipengaruhi oleh sistem imun.
Contoh intoleransi makanan adalah intoleransi
laktosa (sangat jarang ditemukan pada bayi). Bayi yang mengalami
intoleransi laktosa, artinya bayi tersebut tidak cukup memproduksi laktase,
suatu enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa (yaitu gula dalam susu sapi
dan produk susu lainnya). Gejala seperti diare, perut kembung, dan banyak gas
bisa terjadi bila laktosa tidak terurai. Gejala biasanya muncul sekitar satu
atau dua jam setelah mengkonsumsi produk susu.
2.4
FAKTOR PENYEBAB DIARE
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi,
malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
Infeksi interal, yaitu infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi interal ini
meliputi:
·
Infeksi
bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.
·
Infeksi
Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
·
Infeksi
parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba
histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
·
Infeksi
parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis.
2. Faktor malabsorpsi
·
Malabsorpsi
karbohidrat.
·
Malabsorpsi
lemak.
·
Malabsorpsi
protein.
3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan
yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran),
dan kurang matang.
4. Faktor psikologis
Rasa
takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.
2.5
JENIS DIARE
Ada
beberapa jenis diare, yaitu:
v Diare cair akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14
hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair
yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare
akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
v Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dengan atau
tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif.
v Diare persisten
Yaitu diare yang mula-mula bersifat akut
namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare
cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
v Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan
gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan
buku diare dan tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
Menurut pedoman MTBS (2000),
diare dapat dikelompokkan menjadi :
v Diare akut : terbagi atas diare dengan
dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan.
v Diare persiten : jika diare berlangsung 14
hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi.
v Disentri : jika diare berlangsung disertai
dengan darah.
2.6
TANDA DAN GEJALA
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
perdarahan otak.
Ø Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
- BAB cair 1-2 kali sehari
- Muntah tidak ada
-
Haus tidak ada
- Masih mau makan
- Masih mau bermain
Tindakan:
- Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum
lebih banyak dari biasanya
- ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
- Makanan diberikan seperti biasanya
- Bila keadaan anak bertambah berat, segera
bawa ke Puskesmas terdekat
Ø Pada anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
- BAB cair 4-9 kali sehari
- Kadang muntah 1-2 kali sehari
- Kadang panas
- Haus
- Tidak mau makan
- Badan lesu lemas
Tindakan:
- Berikan oralit
- ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
- Teruskan pemberian makanan yang lunak, mudah
dicerna.
- Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali
ke Puskesmas terdekat.
Ø Pada anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
- BAB cair terus-menerus
- Muntah terus-menerus
- Haus sekali
- Mata cekung
- Bibir kering dan biru
- Tangan dan kaki dingin
- Sangat lemah
- Tidak mau makan
- Tidak mau bermain
- Tidak BAK 6 jam atau lebih
- Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
Tindakan:
- Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas
dengan fasilitas Perawatan
- Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa
minum
ü Takaran
pemberian oralit untuk penderita Diare
• Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1.5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali BAB cair.
• Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali BAB cair.
• Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1.5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali BAB cair.
• Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali BAB cair.
• Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali BAB cair.
2.7 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pencegahan terjadinya diare pada anak adalah dengan tidak membiasakan buang air besar sembaragan,
karena kuman penyakit tersebar di mana-mana. Selain itu, makan makanan yang bersih dan bergizi
seimbang, sesuai dengan umur anak. Juga biasakan mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah makan.
Apabila
anak mengalami diare segera ganti cairan tubuhnya dengan meminumkan larutan
garam gula atau ORALIT sebanyak yang ia mau minum. Cara membuat larutan garam
gula adalah segelas air teh masak ditambah dengan dua sendok teh (sdt) gula dan
seujung sdt garam, diaduk rata. Pada bayi di bawah enam bulan tetap diberikan
ASI meskipun sedang diare. Hal ini dikarenakan ASI mengandung 90% cairan
sehingga cairan yang terbuang dapat digantikan oleh ASI. Jika diare tak kunjung
berhenti segera bawa anak ke Puskesmas terdekat (IDAI 2006).
Cara
membuat larutan gula garam atau Oralit
• Gula satu sendok teh penuh
• Garam ¼ sendok teh
• Air masak satu gelas
• Campur diaduk sampai larut
• Gula satu sendok teh penuh
• Garam ¼ sendok teh
• Air masak satu gelas
• Campur diaduk sampai larut
Amatlah penting untuk memberikan gizi yang cukup selama
diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Makanan dan minuman jangan
dihentikan lebih dari 24 jam saat anak mengalami diare, karena pulihnya mukosa
usus tergantung pada gizi yang cukup. Bila tidak, maka hal ini akan merupakan
faktor yang memudahakan terjadinya diare kronik.
Pemberian kembali makanan dan minuman (refeeding)
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami
diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada
umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare (Subijanto dkk 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Lama More RA dkk (1998) menunjukkan bahwa
suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan
beratnya diare pada anak karena nukleotida adalah bahan yang sangat diperlukan
untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten.
Bayi berusia 6 bulan ke bawah cukup diberi ASI saja,
tanpa ada tambahan makanan lain. Pada bayi di atas 6 bulan wajib diberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan zat gizinya sudah dapat
dipenuhi oleh ASI. Contoh menu untuk bayi menjelang satu tahun :
Pukul 06.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur buah/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 20.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Setelah berusia satu tahun anak diberikan makan makanan
keluarga namun dengan konsistensi dan porsi sesuai umur anak. Asupan gizi anak harus seimbang untuk
memulihkan kondisinya yang banyak kehilangan zat gizi akibat diare
(Anonim 2007).
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diare adalah satu dari gejala yang lebih
sering terjadi pada anak yang mengganggu motilitas usus dan mengganggu absorbsi
air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air
besar yang frekuensinya bertambah. Keadaan frekuensi buang air besar lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare dapat dicegah dengan kebiasaan hidup
bersih dan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan umur anak.
Diare juga dapat disembuh dengan mengganti cairan anak yang terkena diare
dengan cara memberi oralit sesuai dengan takaran pemberian atau umur anak. Pada
anak ASI esklusif, pemberian ASI harus tetap diberikan pada anak dengan diare
karena ASI mengandung cairan yang dibutuhkan oleh bayi dengan diare.
SARAN
1) Ibu harus dapat membedakan feses yang dikeluar
kan pada anak diare dan anak tanpa diare.
2) Ibu harus memberikan pertolongan pertama
pada anak yang terkena diare.
3) Beritahu ibu diare yang seperti apa yang
berbahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
mantap dakh...kunjungan baliknya ke
BalasHapushttp://semua-ada-lho.blogspot.com
ditunggu ya