Selasa, 06 November 2012

caput succedaneum







BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan yang normal, dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga mengedan ibu dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami asfiksia yang berat ataupun trauma lahir.
Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.
Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal
Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. (Donna, 2003)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. (Saifuddin, 2001)
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. (Varney, 2007 )
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari. Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2006)


1.2       Tujuan Penulisan

1.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab jalan lahir yang terdiri dari caput succedaneum.

2.         Tujuan Khusus    
1)      Mengetahui teori tentang pengertian
2)      Mengetahui penyebab, faktor predisposisi, gejala, patofisiologi, komplikasi dan penatalaksanaan caput succedaneum.
3)       Mengetahui proses manajemen Tujuh Langkah Varney


 1.3      Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan. Mahasiswa lebih dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diberikan saat melakukan pendidikan selama dalam perkuliahan. Serta dapat melakukan keterampilan dasar praktik dilapangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN CEDERA LAHIR

Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (Sarwono, 2007).
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. (Varney, 2007 )
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi. (Dewi, 2010)


2.2   RUANG LINGKUP CAPUT SUCCEDANEUM

a.         Pengertian Caput Succedaneum
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2006).
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. (Saifuddin, 2001).
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono, 2007).
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari.    



Perbedaan caput succedaneum dan cephalhematoma

Caput succedaneum
Cephalhematoma
Muncul waktu lahir, mengecil setelah lahir.
Muncul waktu lahir atau setelah lahir, dapat membesar sesudah lahir.
Lunak, tidak berfluktuasi.
Teraba fluktuasi.
Melewati batas sutura, teraba moulase.
Batas tidak melampaui sutura.
Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 hari
Hilang lama (beberapa minggu atau bulan).
Berisi cairan getah bening
Berisi darah
                        Sumber : Kosim, 2003
                       
                                                                               

b.        Penyebab
Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi. (Dewi, 2010



c.         Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
1.      Makrosomia
2.      Prematuritas
3.       disproporsi sefalopelvik
4.      Distosia
5.       persalinan lama
6.       persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7.       persalinan dengan sectio caesaria
8.       kelahiran sungsang
9.       presentasi bokong
10.   presentasi muka
11.   kelainan bayi letak lintang

d.        Gejala
1.      Udema di kepala
2.       Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3.       Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4.       Udema melampaui tulang tengkorak
5.       Batas yang tidak jelas
6.      Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7.       Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
       (Dewi, 2010)

e.         Patofisiologis
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. (Markum, 1991)


f.          Komplikasi
1.      Infeksi
Infeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka. (kosim, 2003)
2.      Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi. (Kosim, 2003)
3.      Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.


g.         Penanganan
Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a. Bayi dirawat seperti bayi normal
b. Awasi keadaan umum bayi
c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari (agar tidak terjadi hipotermi).
d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran untuk  mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
e. Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.
f. Memberikan konseling kepada orang tua tentang:
1) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam 2 –3
2) Perawatan bayi sehari-hari.
3) Manfaat can cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)
g. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
1) Perawatan tali pusat dengan baik.
2) Personal hygiene yang baik pada daerah luka.
3) Pemberian ASI yang adekuat.



h.         Penatalaksanaan
a.       Perawatan bayi sama dengan  perawatan bayi normal.
b.       Pengawasan keadaan umum bayi.
c.        Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
d.      Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar.
e.        Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
 Berikan konseling pada orang tua, tentang :
·         Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;
·          Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan
·         Perawatan bayi sehari-hari.
·         Manfaat dan teknik pemberian ASI. (DEWI, 2010)








BAB  III
PENUTUP

3.1   KESIMPULAN
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput succedaneum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

3.2     SARAN
1.     Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau keadaan pada bayi.
2.      Diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3.      Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara rutin dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.








3.3  DAFTAR  PUSTAKA


http://mediabidan.blogspot.com/2009/02/asuhan-pada-bayi-dgn-caput-succedaneum.html

http://ayumarthasari.blogspot.com/2011/12/bayi-baru-lahir-normal-dan-caput.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar