Selasa, 06 November 2012

diaper rash


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ruam popok atau diaper rash (bahasa medisnya diaper dermatitis) adalah hal yang sangat mungkin terjadi pada bayi. Akibat iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah bokong dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki iritasi kulit yang tidak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama. Ruam popok biasanya mengenai bayi atau anak di bawah usia 2 tahun. Hampir semua bayi pernah mengalami ruam popok, sekurang-kurangnya sekali dalam 3 tahun pertama kehidupannya, dengan angka kejadian yang lebih tinggi pada usia 7 – 12 bulan. Usia ini adalah dimana bayi mulai belajar duduk dan mulai makan makanan padat sehingga tinjanya menjadi lebih asam. Ruam pokok umum terjadi bila sang bayi mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab atau basah, biasanya sang ibu akan merasa cemas bila kulit bayi nya berbintik-bintik merah. Namun dengan perawatan popok yang baik maka maslah ini akn cepat mudah diatasi sehingga para ibu tidak khawatir lagi.
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud diaper rush
2.      Apakah yang menyebabkan bayi mengalami diaper rush(ruam popok)
3.      Apakah tanda dan gejala dari diaper rush
4.      Bagaimana pentalaksanaan dari masalah diaper rush


1.3  Tujuan
Tujuan dari di susunnya makalah ini adalah:
·         Untuk mengetahui masalah-masalah iritasi yang sering terjadi pada bayi terutama diaper rash.
·         Mengajarkan kepada ibu agar tetap menjaga kulit bayi agar tidak lembab.
·         Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi iritasi pada kulit bayi terutama pada kulit di daerah popok.
·         Untuk memberi pengetahuan pada ibu bahwa diaper rash merupakan hal yang fisiologis pada bayi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diaper rash
            Diaper rash adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah bokong.Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi di dalam area popok. Diaper rash merupakan bentuk ruam kontak primer yang paling umum di temukan, di sebabkan oleh kontak kulit dengan feses dan urin yang berkepanjangan, karena urin dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat iritan seperti urea dan enzim-enzim usus.  Pada kasus ringan kulit menjadi merah. Pada kasus-kasus yang lebih berat mungkin terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan kulit paha dan pantat. Kasus ringan menghilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa pengobatan. Bila ruam menetap atau muncul lagi setelah pengobatan, berkonsultasilah dengan dokter.
2.2 Epidemilogi Diaper rash
Diaper rash biasanya terjadi pada bayi dengan puncak tertinggi 7-12 bulan, dan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Diaper rash bisa terjadi pada periode neonatal segera setelah anak memakai popok.
Diaper rash biasanya berhenti setelah anak dilatih defaksi dan miksi pada usia 2 tahun, tidak terdapat perbedaan yang ssignifikan pada frekuensi dan beratnya penyakit pada laki-laki dan perempuan.
2.3 Faktor-Faktor Penyebab
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash) antara lain:
  • Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
  • Faktor kelembaban akibat cara membersihkan dan mengeringkan daerah popok yang tidak benar.
  • Kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feses).
  • Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri seperti candida albicans)
  • Alergi bahan popok.
  • Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
 2.4 Proses terjadinya(patogenesis) diaper rash
Telah menjadi kesepakatan para ahli bahwa diaper rash adalah gambaran suatu dermatitis kontak iritan,atau dikenal dengan istilah dermatitis popok iritan primer (DPIP). Penggunaan popok berhubungan dengan peningkatan yang signifikan pada hhidrasi dan ph kulit. Kedua faktor tersebut adalah hal penting untuk kesehatan kulit pada daerah popok. Urine dan feses berperan penting pada peningkatan hidrasi dan ph kulit.
Pada keadaan hidrasi yang berlebihan, permeabilitas kulit akan meningkat terhadap iritan, meningkatnya koefisien gesekan sehingga mudah terjadi abrasi, dan merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga mudah terjadi infeksi. Pada ph kulit yang lebih tinggi, enzim feses yang dihasilkan oleh bakteri pada saluran cerna dapat mengiritasi kulit secara langsung dan dapat meningkatkan kepekaan kulit terhadap bahan iritan lainnya. Superhydration urease enzyme yang terdapat pada stratum korneum melepaskan ammoniak dari bakteri kutaneus. Urease mempunyai efek iritasi yang ringan pada kulit yang tidak intak. Lipase dan protease pada feses yang bercampur dengan urin akan menghasilkan lebih banyak ammoniak dan meningkatkan ph kulit.
Ammoniak bukan merupakan suatu bahan iritan yang turut berperan dalam patogenesisdiaper rash. Pada observasi klinis menunjukkan bayi dengan diaper rash tidak tercium aroma ammoniak yang kuat. Feses bayi yang diberikan ASI mempunyai ph yang rendah dan tidak rentan terkena diaper rash. Gesekan akibat gerakan menyebabkan kulit terluka dan mudah terjadi iritasi sehingga resiko terjadinya inflamasi meningkat.
Infeksi sekunder akibat dari mikroorganisme seperti candida albicans sering timbul setelah 72 jam terjadinya diaper rash. Candida albicans adalah mikroorganisme tersering yang dijumpai pada daerah popok dari 41%-85% bayi yang mengalami diaper rash.
  2.5 Jenis-jenis diaper rash
Beberapa gangguan kulit yang berhubungan dengan ruam popok, diantaranya:
  • Intertrigo, yakni iritasi atau lecet pada kulit dikarenakan kulit basah dan lembab serta gesekan dengan popok, sehingga permukaan kulit menjadi lebih mudah terkelupas.
  • Miliaria atau biang keringat, yakni timbulnya bintik-bintik merah pada permukaan kulit karena penyumbatan kelenjar keringat (kelenjar eccrine).
  • Dermatitis kontak (contact dermatitis), merupakan reaksi alergi terhadap bahan popok. Dapat juga karena reaksi alergi terhadap campuran urine dan feces yang dibiarkan terlalu lama melekat di popok. Selain itu, perubahan PH oleh urine dan feces pada kulit diduga memicu terjadinya reaksi alergi.
  • Candidal diaper dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans. Sekitar 40-70% ruam popok yang berlangsung lebih 3 hari dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur kandida.
  • Bacterial diaper dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri), terutama Staphylococcus, Streptococcus dan Enterobacteriaceae. Jenis ruam popok karena infeksi kuman yang kerap dijumpai adalah impetigo dan sesulitis (cellulitis) serta folikulitis (folliculitis).
2.6 Tanda Dan Gejala

1. Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergaen sehingga muncul eritema.
2. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol,seperti bokong, alat genitalia,perut bawah atau paha atas
3. Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritemosa,vesikula dan ulserasi.
2.7 Potensi Bayi Yang Dapat Terkena Ruam popok
  • Begitu bayi bertambah usia, kebanyakan antara usia 8-10 bulan
  • Bila bayi tidak terjaga kebersihannya dan kering
  • Jika bayi sering buang air besar, khususnya bila tinja tetap berada dalam popok sepanjang malam.
  • Bila bayi mulai makan makanan padat.
  • Bila bayi mengkonsumsi antibiotik atau bayi yang masih menyusui yang ibunya mendapat antibiotik.
Bayi yang mengkonsumsi antibiotik lebih mudah menderita ruam popok yang disebabkan oleh infeksi jamur. Jamur menginfeksi kulit yang lemah dan menyebabkan ruam merah terang dengan bintik-bintik merah di pinggirannya.





2.8 Penatalaksanaan
1)      pencegahan
Untuk membantu mencegah timbulnya ruam popok sebaiknya:
  • Gantilah popok segera setelah anak BAB dan BAK. Hal ini mencegah lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.
  • Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah dengan pernapasan pada bayi anda.
·         Cuci popok kain/clodi dengan bersih tambahkan ½ cup cuka pada air cuciam. Ini bisa menghilangkan zat iritan basa.
  • Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.
·         Bila anda menggunakan popok kain, anda dapat menggunakan lapisan pelindung (stay dry liner) di bagian dalamnya untuk menjaga bayi lebih kering.

2)      pengobatan

Bila ruam popok muncul walaupun anda telah berusaha untuk mencegahnya, cobalah langkah-langkah sebagai berikut:

  • Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin
  • Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka sehingga benar-benar kering
  • Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.
  • Kulit sebaiknya dibersihkan dengan sabun khusus bayi kemudian dikeringkan.
  • Kulit harus dijaga kebersihannya, tetapi hindari menggosok-gosoknya, karena dapat menimbulkan iritasi yang lebih parah. Setelah dibersihkan, biarkan kulit terbuka, dan tunda memasang popok selama beberapa jam.
  • Hindari menggunakan popok yang berbahan plastik.
  • Jika ruam disebabkan oleh dermatitis kontak atau alergi (eksim), hentikan penggunaan sabun atau deterjen yang baru yang mungkin menjadi penyebab ruam.
  • Jika ruam disebabkan infeksi kandida, perlu diberikan salep anti jamur yang dapat dibeli bebas.
·          Ganti popok sekali pakai bayi anda dengan dengan popok kain, sekarang ada popok kain modern yang mempunyai daya serap yang tinggi yang bisa menggantikan fungsi  popok sekali pakai namun tetap sehat dan tidak menyebabkan Ruam popok.
·         popok sekali pakai (Pospak) mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya buat buah hati anda, salah satunya adalah dioxin.
Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:
  1. Melepuh atau terdapat nanah
  2. Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
  3. Menjadi lebih berat
  • Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda merekomendasikan. Krim tersebut jarang diperlukan dan mungkin berbahaya.
·         Jika ruam popok telah terinfeksi, dokter mungkin meresepkan antibiotik.
·         Jika bayi menunjukkan tanda-tanda eksim, dokter mungkin menyarankan Anda untuk mengganti merek deterjen atau pelembut kain. Dia mungkin meresepkan salep kortison untuk digunakan secukupnya.
·         Jika ruam popok disebabkan oleh kandida, dokter akan meresepkan krim anti jamur.

2.9 Peran bidan dalam masalah diaper rash
      Bidan memiliki peran dan tanggung jawab salah satunya adalah sebagai pendidik, dalam masalah bayi yang mengalami diaper rash bidan harus segera memberikan pengetahuan pada ibu bahwa diaper rash adalah sesuatu hal yang fisiologis terjadi, dan bidan juga memberikan penjelasan bagaimana cara untuk mengobati bayi yang memang sudah terkena ruam popok namun alangkah lebih baik nya sebelum terjadinya ruam popok bidan harus segera memberi tahu ibu cara mencegah terjadinya ruam popok(diaper rash) pada kunjungan-kunjungan pemeriksaan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diaper rash adalah hal yang fisiologis dialami oleh bayi terutama pada bayi yang terkena diare, diaper rash biasa dialami pada bayi berusia di bawah 2 tahun dan yang paling sering mengalami adalah bayi usia 7-12 bulan karena pada usia ini bayi sudah memakan makanan padat. Jika anak biasa menggunakan celana yang tahan air maka kurangi penggunaan celana ini selama memungkinkan, ibu harus selalu menjaga kebersihan dan kekeringan area popok dengan cara selalu mengganti popok bayi apabila sudah lembab atau basah.Ruam popok lebih jarang terjadi pada penggunaan popok disposibel. Pada anak yang menggunakan popok disposibel daya serap tinggi cenderung rendah angka terjadinya ruam popok.
3.2 Saran
1)      lebih baik memakai popok kain, karena Popok kain lebih nyaman dan sehat karena terbuat dari bahan yang lembut dan bersirkulasi udara, dapat dicuci ulang, tidak mengandung bahan pemutih dan gel yang umumnya terkandung dalam popok sekali pakai, sehingga aman dan jauh lebih sehat untuk buah hati anda. Tidak menimbulkan ruam popok, Popok kain lebih ramah lingkungan,Popok kain lebih ekonomis karena bisa digunakan untuk bayi baru lahir hingga usia 2 tahun (max 16kg) popok kain
2)      Di anjurkan untuk tidak memakai popok sekali pakai (Pospak) karena mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya buat buah hati anda, salah satunya adalah dioxin.

3)      Ganti popok sekali pakai bayi anda dengan dengan, sekarang ada popok kain modern yang mempunyai daya serap yang tinggi yang bisa menggantikan fungsi  popok sekali pakai namun tetap sehat dan tidak menyebabkan Ruam popok.

4)      Gunakan air mengalir untuk membersihkan feses (tinja) dengan bilasan lembut. Usahakan tidak menggosok area dubur dan pantat agar tidak iritasi. Biarkan area pantat mengering oleh udara terbuka.

5)      Jangan menggunakkan popok yang terlalu ketat

6)      Bersihkan area popok bayi dengan menggunakan lap yang tidak ditambahi pewangi

DAFTAR PUSTAKA










Tidak ada komentar:

Posting Komentar