KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang
atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah KDK II,
yaitu makalah tentang Medikasi .
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Kami
berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Bekasi, Mei
2012
penulis
i
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dalam
program ini sangat penting dalam pemberian obat kepada pasien,yang mempelajari
farmakologi agar dapat memahami tentang efek dari obat yang diharapkan sehingga
mampu mengevaluasi efek pengobatan. Pada aspek obat ada beberapa istilah yang
penting kita ketahui di antaranya: nama generic merupakan nama pertama dari
pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama yang memiliki arti
nama dibawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan
nama yang berasal dari susunan zat kimiawi seperti acetylsalicylic acid atau
aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai
dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin,
buffrin, empirin, analgesic, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Memberitahukan cara pengobatan dan
dosis yang benar
2.
Menjelaskan standar obat
3.
Mejelaskan
reaksi obat
4.
Menjelaskan
dan melakukan teknik pemberian obat
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana
cara memberikan obat dan memberikan dosis dengan benar agar tidak ada
kesalahan..
1.4 Metode Penulisan
Disini kami menggunakan 2 metode yaitu
education learning dan study pustaka
BAB II
ISI
2.1 Pengertian pemberian obat
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan
kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn
pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam
pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan
pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan pasien
Obat yang di gunakan sebaikny a
memenuhi berbagai standar persyaratan obat,di antaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki
obat karena unsur keasliannya,tidak ada percampuran, dan standar potensi yang
baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus
dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.
2.3 Pemberian Dosis Obat
Dosis obat
merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang
dimaksud dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali, per oral untuk orang
dewasa, kalau kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan
keterangan yang jelas. Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per
injeksi, dan seterusnya.
2.4 Macam – macam Dosis
1. Dosis
Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang dapat
diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.
2. Dosis
lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis yang
lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum terdapat dalam FI
ed III, juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat dalam literatur.
Maka DM untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan kebutuhan anak terhadap
dosis maksimum dewasa.
Pada kompetensi menerapkan pembuatan sediaan obat
sesuai resep dokter di bawah pengawasan apotekerproses perhitungan dosis lazim menjadi bagian yang sangat penting karena
semua bahan obat/ obat harus diperhitungkan Dosis Lazimnya sesuai dengan umur
pasien dan dibandingkan dengan dosis obat yang digunakan pasien sesuai resep
dokter. Pemakaian/ dosis obat untuk pasien harus tepat atau sesuai dengan Dosis
Lazim supaya efek terapi tercapai, jika pada perhitungan dosis ternyata
pemakaian obatnya kurang atau lebih dari DL maka harus ditanyakan kepada dokter
pembuat resep karena ada banyak hal yang mempengaruhi dosis yang diberikan pada
pasien, apabila dokter berkehendak maka resep dapat diracik, sebaliknya jika
dokter menghendaki supaya pemakaiannya ditepatkan supaya efek terapi tercapai
maka Apoteker/ Asisten Apoteker harus dapat melakukan perhitungan untuk
melakukan penyesuaian dosis sehingga jumlah obat akan diganti oleh dokter
supaya berefek terapi optimal untu pasien.
3. Dosis
toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan
pada penderita.
4. Dosis
Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian
pada penderita, dosis letalis terdiri dari:
a. LD 50 : takaran yang menyebabkan
kematian pada 50% hewan percobaan.
b. LD 100 : takaran yang menyebabkan
kematian pada 100% hewan percobaan.
2.5 Rumus-Rumus Untuk Menghitung Dosis Maksimum.
Berikut adalah rumus-rumus dosis yang dapat digunakan
untuk menghitung dosis anak dan bayi
Rumus
berdasarkan umur:
1. Rumus
Young, untuk anak berumur kurang dari 8 th :
umurumur+12
x dosis dewasa = dosis anak
2. Rumus
Dilling, untuk anak berumur lebih atau sama dengan 8 th:
umur (n)20x
dosis dewasa
3. Rumus
Fried, untuk bayi kurang dari 1 tahun:
umur dalam bulan150x
dosis dewasa = dosis bayi
Rumus
berdasarkan berat badan:
4. Rumus
berdasarkan berat badan:
Rumus Clarke
berat ( dalam kg )70 ( rata-rata dewasa
dalam kg )
x dosis dewasa
– dosis anak
Dan masih
ada beberapa versi rumus perhitungan dosis maksimal obat.
Dosis-dosis
maksimum tidak boleh dilampaui dalam petunjuk-petunjuk yang dimaksudkan untuk
pengobatan, kecuali jika ada tanda seru ( ! ) dibelakang angka dari
takaran yang melebihi tersebut.
2.6 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis suatu obat merupakan suatu
jumlah yang “cukup tidak berlebihan” untuk menghasilkan efek terapeutik obat
yang optimum pada seorang pasien tertentu.
1)
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dosis obat yang tepat untuk seorang pasien antara lain:
a)
UmuR
b)
Berat badan
c)
Jenis kelamin
d)
Status patologis
e)
Toleransi terhadap obat
f)
Waktu penggunaan obat
g)
Sifat bentuk sediaan
h)
Cara penggunaan
i)
Macam-macam faktor psikologis dan
fisiologis.
2.7 Dosis Rangkap atau Dosis Kombinasi
Dosis Ganda
= Dosis Rangkap = Dosis Kombinasi
Apabila
dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat yang sama,
dapat terjadi dua hal
Ø Zat-zat yang berlainan itu tidak mempunyai kerja yang bersamaan, maka
untuk tiap zat dihitung sendiri
Ø Zat-zat yang berlainan mempunyai kerja yang bersamaan, maka dalam hal
ini dimiliki dosis yang berganda
Apabila
dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat yang sama maka
dosis-dosis yang ada dihitung sebagai berikutnya. Zat-zat yang mempunyai bentuk
kimia yang bersamaan, biasanya mempunyai kerja searah.
Kerugian Kombinasi Obat
a)
Pengobatan berlebihan
b)
Biaya pengobatan jadi lebih mahal.
c)
Efek samping obat meningkat
d)
Penggunaan obat menjadi kurang
efektif
5. Dapat terjadi interaksi obat, potensiasi,
antagonisme.
Keuntungan
Kombinasi Obat
1. Meningkatkan efektifitas obat karena efek
sinergisme
2. Dalam keadaan tertentu, mengurangi terjadinya
resistensi.
3. Mempermudah pemberian obat sehingga menjadi
praktis, tidak terlalu sering.
rumus-rumusnya
No
|
rumus
|
Perhitungan
|
1
|
berdasarkan berat badan
|
|
2
|
berdasarkanbody surface area / luas permukaan tubuh
|
|
3
|
dosis clark berdasarkan berat badan
|
|
4
|
rumus berdasarkan BSA
|
|
5
|
rumus young anak(anak 1-8thn)
|
|
6
|
rumus cowling anak(anak 8-12 thn)
|
|
7
|
rumus bastedo
|
|
8
|
rumus dilling(anak > 8 thn)
|
|
9
|
rumus fried untuk bayi
|
|
“Akibat kalau kita
minum obat itu ada dua, positif dan negatif. Nah, efek samping obat itu yang
negatif. Contohnya alergi. Ya bahaya lah, apalagi kalau efek sampingnya seperti
membuat detak jantung lebih cepat.” (Arie Undaya, Pegawai Swasta)
2.8 Efek samping
“Maksudnya yang
suka ada di kemasan obat itu? Efek samping itu pokoknya selain ikut mengobati,
obat juga menimbulkan efek lainnya. Contohnya mual,mulut kering. Kalau nggak
bahaya sih nggak apa-apa. “ (Gine, Pegawai Lembaga Administrasi Negara)
“Efek yang
ditimbulkan setelah pemakaian obat, baik langsung atau nggak langsung.
Contohnya ngantuk, mual. Bahaya nggaknya tergantung dosisnya.” (Andri,
Mahasiswa Magister Teknik Material ITB)
“Efek samping obat
itu misalnya badan jadi panas. Bahaya, bisa ketergantungan. Obat juga kan
makhluk asing yang dimasukkin ke tubuh.” (Faisal, Pengajar Primagama)
“Efek samping obat
itu ketergantungan, ngantuk. Bahaya? Nggak juga. Kalau efek sampingnya tidur,
nggak bahaya soalnya biar tidur. Kalo yang ketergantungan ga terlalu bahaya sih
tapi ntar keseringan minum obat jadi banyak bahan kimia di tubuhnya.” (Devy,
Mahasiswi Matematika UNPAD)
“Efek samping obat
itu misalnya mengantuk, jantung berdebar, mulut kering. Menurut aku nggak bahaya selagi
pas waktu minum obat itu nggak lagi kerja atau sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.” (Cahya, Teknisi Bengkel Mobil)
“Efek samping obat
itu ngantuk.
Bahaya? Tergantung kondisinya, nggak bahaya kalo orang sakit trus istirahat.
Yang bahaya kalo makan obat, trus ngantuk trus lagi nyetir gitu.” (Hafni, ODP
Bank Mandiri)
“Setiap efek
yang tidak dikehendaki yang dapat merugikanpasien yang meminum obat
tersebut. Misalnya, mual, muntah, pusing. Nggak semuanya
bahaya sih, misalnya kalo obat tersebut efek sampingnya menyebabkan kantuk,
balik lagi ke kitanya yang minum obat, berarti jangan minum obat dalam
berkendaraan atau sedang beraktivitas karena akan mengganggu aktivitas kita.” (Deri,
Staf Biro Perencanaan ITB)
“Efek samping obat
itu ngantuk. Bahaya, karena kalo misalnya lagi bawa motor
ngantuk kan bisa bahaya.” (Teguh, Mahasiswa Teknik Mesin ITB)
“Ngantuk.
Tergantung, ngantuk kan biar bisa bikin istirahat. Tapi kalo mau pergi-pergi
pake kendaraan kalo ngantuk ya bisa bahaya.” (Eni, Pembantu Rumah Tangga)
3.1
PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang
dimasukkan melalui mulut. Pemberian obat per rala adalah cara yang paling
banyak diapakaia karena ini merupakan cara yang paling mujrah, aman dan nyaman
bagi pasien. Pengertian lain mengenai pemberian obat per oral adalah rute
pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal) seperti tablet ISDN. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara
oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau serbuk. Untuk membantu
absorpsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah
gelas air atau cairan yang lainnya.
Kelemahan dari cara pemberian obat per oral adalah
aktivitasnyha yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan
gawat. Obat yang diberikan per oral ini biasanya membutuhkan waktu 30 sampai 45
menit sebelum diabsorpsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai dengan 1.5
jam. Ras d an bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien. Cara per oral
tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami pengisapan cairan lambung serta
pada pasien yang mempunyai gangguan menela.
Disamping
itu ada beberapa jenis obat dapat mengganggu dan mengiritasi lambung dan dapat
menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan salisilat). Untuk mencegah masalah
ini maka disiapkan bentuk-bentuk lain seperti bentuk kapsul atau tablet. Bentuk
demikian akan tetap utuh di dalam lambung, tetapi setelah di dalam usus akan
hancur dalam suasana netral atau basa.
Kalau obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian
harus dilakukan dengan cara yang paling nyaman, khususnya untuk obat-obat yang
rasanya pahit atau tidak enak. Pasien dapat diberikan minuman yang dingin
sebelum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci
mulut atau kembang gula.
.
3.2 PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kartu pesanan obat harus diperiksa secara
hati-hati tentang pesanan obatnya, sebelum mengambil atau mengeluarkan obat,
maka perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat dengan label pada botol
kemasan obat.
Setiap label
harus dibaca tiga kali untuk meyakinkan obat yang diberikan yaitu:
a. Pada saat botol obat diambil dari lemari obat
b. Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan
obat.
c. Pada saat dikembalikan.
2. Apabila obatnya dalam bentuk cairan, maka
pada waktu menuang obatnya ketempat takaran lainnya, maka label obatnya harus
jauh dari tetes obatnya pada mulut botolnya, skala (garis) tekanan harus
sejajar dengan mata pada permukaan yang datar. Sebelum mengembalikan obatnya ke
lemari, maka perawat harus menguap atau membersihkan mulut bibir botol,
sehingga obat tidak melengket atau merusak label.
3. Sediaan obat berupa tablet atau kapsul
dikeluarkan dari botolnya pada tutupnya dan selanjutnya dituangkan kedalam
mangkok obat yang dialasi dengan kertas permanen uuntuk memberikan kepada
pasien. Ingat tablet dan kapsul tidak boleh dipegang.
TUJUAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Untuk
memudahkan dalam pemberian
1.
Proses reabsorbsi lebih lambat
sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
2.
Menghindari pemberian obat yang
menyebabkan nyeri
3.
Menghindari pemberian obat yang
menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
CARA PEMBERIAN OBAT PER ORAL
PERSIAPAN ALAT
1.
Baki berisi obat
2.
Kartu atau buku berisi rencana
pengobatan
3.
Pemotong obat (bila diperlukan)
4.
Martil dan lumpang penggerus (bila
diperlukan)
5.
Gelas pengukur (bila diperlukan)
6.
Gelas dan air minum
7.
Sedotan
8.
Sendok
9.
Pipet.
PROSEDUR
KERJA
1.
Siapkan peralatan dan cuci tangan
2.
Kaji kemampuan klien untuk dapat
minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan makan atau
minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3.
Periksa kembali perintah
pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa
tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan
pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
4.
Ambil obat sesuai yang diperlukan
(baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan yang mana obat di
ambil dilemari, rak atau lemari es)
5.
Siapkan obat-obatan yang akan diberikan.
Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa
mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
Ingat untuk jangan menyentuh obat dan cocokkan dengan order pengobatan.
a.
Tablet atau kapsul
1) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk
disposibel tanpa menyentuh obat.
2) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan
untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
3) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus
obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian
campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus
obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya
kerjanya.
b. Obat
dalam bentuk cair
1) Kocok /putar obat/dibolak balik agar
bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna
atau menjadi lebih keruh.
2) Buka penutup botol dan letakkan menghadap
keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
3) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya
berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah
obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa
dibaca dengan tepat.
4) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam
mangkuk obat berskala.
5) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup
botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
6) Bila jumlah obat yang diberikan hanya
sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari
botol.
7) Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
Identifikasi klien dengan tepat.
Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan
berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan
mencegah aspirasi.
Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila
sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian
anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan
dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat
masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan
benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
Teknik Pengobatan Secara Parenteral
|
Lima bulan yang lalu, tepatnya bulan Juli 2007 artikel suplemen
mengangkat sebuah artikel mengenai teknik pengobatan via air minum atau
pengobatan oral. Kesempatan kali ini kami akan menyampaikan tentang teknik
pengobatan parenteral yaitu pemberian obat melalui injeksi atau suntikan. Di
dunia perunggasan teknik injeksi lebih familiar dipakai untuk pemberian
vaksin, terutama vaksin inaktif, sedangkan untuk pengobatan masih relatif
jarang dilakukan. Kebanyakan peternak lebih memilih memberikan obat melalui air
minum.
Obat injeksi diartikan sebagai sediaan steril bebas pirogen (senyawa
organik yang menimbulkan demam yang berasal dari kontaminasi mikrobia).
Berdasar pada definisi tersebut, maka syarat obat suntik adalah steril. Jika
tidak steril maka bisa dipastikan bukan efek ampuh dari obat yang kita
peroleh, melainkan penyakit ayam menjadi semakin parah. Kondisi steril tentu
saja tidak hanya pada sediaan obat yang kita gunakan tetapi alat suntik yang
kita gunakan juga harus dalam kondisi steril.
Sediaan obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan,
suspensi dan emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi berupa larutan yang relatif
encer akan lebih cepat diabsorpsi (diserap) dalam tubuh dan menghasilkan efek
terapi yang lebih cepat dibandingkan bentuk suspensi dan emulsi.
Teknik parenteral mungkin jarang digunakan, namun pada kondisi tertentu
teknik pengobatan ini sangat diperlukan. Pada umumnya teknik ini dilakukan
guna memperoleh kerja obat yang cepat, misalnya saat kondisi ayam parah
dimana nafsu makan dan minum turun. Selain itu bisa disebabkan sifat zak
aktif dari obat yang bisa rusak atau tidak efektif jika diberikan via oral
(air minum, ransum).
3.3 Jenis Teknik Pengobatan Parenteral
Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh
organ atau bagian tubuh, termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung
bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan dalam jantung. Lain halnya dalam
dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan adalah suntikan
intramuskuler dan subkutan.
Lokasi penyuntikan obat yaitu intramuskuler (IM), intravena (IV) dan
subkutan (SC)
Suntikan
intramuskuler
Injeksi intramuskuler dilakukan dengan
memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat tersebut selanjutnya akan
terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat penyuntikkan
sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama.
Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi
(pergerakan) otot yang banyak. Pada ayam, lokasi penyuntikan intramuskuler
biasanya dilakukan pada otot dada (pectoral) atau otot paha (femur).
Aplikasi ini harus dilakukan dengan
hati-hati dengan memperhatikan titik tempat jarum ditusukkan dan di mana obat
ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa mengakibatkan terjadinya
paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom maupun
terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin, Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.
Suntikan intramuskuler di bagian dada dan paha. Perhatikan kemiringan
jarum suntik, sebaiknya ± 30o.
Suntikan
subkutan
Sedikit berbeda dengan suntikan
intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di bawah permukaan kulit
(di antara daging/otot dengan kulit) dan untuk ayam biasanya dipilih lokasi
penyuntikan di leher bagian belakang sebelah bawah. Kulit leher ayam dicubit
sehingga lebih memudahkan dalam penyuntikan. Apabila di sekitar leher ayam
basah, itu menandakan bahwa obat yang disuntikkan tidak masuk sempurna ke
bawah kulit.
Suntikan subkutan di leher bagian bawah. Hati-hati dengan syaraf yang
terdapat di leher
Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak
mengiritasi jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat
akan berdifusi di cairan antar sel kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh
darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat (efek depo atau
sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.
Volume obat yang disuntikan dengan
teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang diberikan secara
intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan
dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau
abses dan rasa nyeri. Saat melakukan pemberian obat dengan teknik suntikan
subkutan di daerah leher harus dilakukan secara hati-hati karena pada bagian
ini
juga terdapat syaraf dan jika terkena dapat menyebabkan ayam tortikolis
bahkan
Kelemahan dan Kelebihan Parenteral
Aplikasi pengobatan parenteral tentu saja mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya :
Memerlukan
ketrampilan khusus
Tidak setiap orang atau personal kandang
mampu mengaplikasikan teknik pengobatan ini. Hal ini disebabkan teknik ini
membutuhkan ketrampilan khusus, diantaranya mengetahui anatomi tubuh ayam
maupun teknik penyuntikan yang baik.
Penyuntikan di paha bagian luar harus dilakukan secara hati-hati, karena
di paha bagian dalam terdapat syaraf ischiadicus
Memerlukan
waktu yang lebih lama
Teknik pengobatan ini bersifat
individual atau dilakukan 1 x untuk masing-masing ayam. Hal ini tentu
membutuhkan waktu maupun tenaga yang lebih banyak.
Pengaruh
stres lebih besar
Tentu kita telah mengetahui dan telah
merasakan sendiri bahwa pengobatan dengan suntikan akan terasa lebih sakit
dibandingkan teknik pengobatan lainnya. Bagi ayam keadaan ini tentu saja akan
menimbulkan efek stres yang lebih parah.
Meskipun terdapat beberapa kekurangan, namun teknik pengobatan ini tetap
baik untuk diaplikasikan kepada ternak (red. ayam), diantaranya :
Dosis tepat
Dosis obat yang diterima atau masuk ke
dalam tubuh dengan teknik pemberian secara suntikan, baik subkutan maupun
intramuskuler menjadi lebih tepat. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh
pada efektifitas pengobatan.
Efek
pengobatan lebih cepat
Setelah disuntikkan, obat langsung
terserap dalam tubuh (aliran darah) sehingga langsung bekerja membasmi bibit
penyakit.
Selektif
Pengobatan dengan teknik injeksi hanya
dilakukan untuk ternak yang sakit sehingga dari segi biaya akan menjadi lebih
efisien.
Stabilitas
obat lebih terjaga
Obat yang diberikan secara injeksi akan
relatif lebih stabil, dimana pengaruh dari faktor luar, seperti sinar
(matahari, lampu), kualitas air maupun ransum tidak ada. Selain itu, obat
langsung masuk dalam darah sehingga pengaruh enzim di saluran pencernaan
(lambung, usus) bisa di minimalkan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
daya kerja obat.
Spesial
untuk penyakit yang parah
Teknik pengobatan ini sangat cocok
diaplikasikan untuk ayam yang telah terinfeksi bibit penyakit yang relatif
parah yang mengakibatkan nafsu makan dan minum menurun drastis.
3.4 Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pengobatan secara Parenteral
Agar pemberian obat dapat mencapai efek yang optimal, yaitu obat mampu
bekerja optimal membasmi bibit penyakit ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yaitu :
Jaga
sterilitas obat maupun peralatan
Obat injeksi yang diproduksi oleh pabrik
telah melalui uji sterilitas oleh bagian quality control (QC) sehingga
sterilitas obat telah terjamin. Namun saat pemberian, obat injeksi yang telah
dibuka harus segera diberikan dan habis selama 24 jam. Selain itu, alat
suntik (Alat Suntik Socorex)
juga harus disterilkan terlebih dahulu (dimasak dalam air mendidih selama 30
menit) dan ganti jarum setiap 200-300 suntikan agar tetap tajam dan steril.
Hati-hati
saat menyuntik
Pelaksanaan penyuntikan harus hati-hati
untuk menghindari kesalahan
penyuntikan yang berakibat obat tidak
bisa diserap secara optimal sehingga dosis yang diterima kurang sesuai.
Selain itu, kesalahan penyuntikan juga bisa menyebabkan timbulnya peradangan
di sekitar tempat penyuntikan, cacat maupun kematian.
Pastikan
obat tidak keluar lagi
Setelah penyuntikan, perhatikan bekas
lokasi penyuntikan. Pastikan apakah terdapat obat yang keluar. Hasil penyuntikan yang baik
ditandai dengan tidak keluarnya obat dan biasanya terdapat benjolan kecil
dalam otot.
|
|
1. DEFINISI
Vagina adalah saluran yang
dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari serviks uteri
hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari rabas
dan lesi. Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut.
Terkadang vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau
jaringan parut. Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang
kental, putih, berbau aneh dan seperti dadik. Pemberian obat melalui vagina
adalah pemberian obat yang dilakukan dengan memasukkan obat melalui vagina.
Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara lokal. Obat ini tersedia dalam
bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam
bentuk salep dan supositoria. Pada pemberian obat secara vaginal, pasien harus
minimal selama 1 jam tidur terlentang untuk menghindari obat itu mengalir
keluar. Contoh pemberian obat pada penanganan pasien seperti adanya benda asing
di dalam vagina dan pemberian prostaglandin untuk induksi persalinan.
2. TUJUAN
a)
Untuk mendapatkan efek terapi obat
b)
Mengobati saluran vagina atau
serviks, seperti :
Ø Mengurangi peradangan
Ø Mengobati infeksi pada vagina
Ø Menghilangkan nyeri, rasa
terbakar, dan ketidaknyamanan
3. INDIKASI
Ø Pembatasan mobilitas
Ø Adanya dehidrasi infeksi atau obstruksi persalinan
Ø Pengaruh suhu tubuh terhadap distribusi dan absorbsi obat.
Ø Penggunaan alat kontrasepsi
4.KONTRAINDIKTOR
Perawat tidak boleh melakukan pemeriksaan vagina pada
keadaan :
a)
Menstruasi
b)
Khusus pada pasien spartus antara
lain
Ø Perdarahan
Ø Plasenta previa
Ø Ketuban pecah dini
Ø Persalinan praterm
5. KELEBIHAN
·
Obat cepat bereaksi
·
Efek yang ditimbulkan bersifat
lokal
6. KERUGIAN
·
Dapat membangkitkan rasa malu
·
Kesulitan dalam melakukan prosedur
terhadap wanita lansia
·
Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau
busuk
7. ALAT / BAHAN:
A.
Obat dalam tempatnya
B.
Sarung tangan
C.
Kain kasa
D.
Kertas tisu
E.
Kapas suplimat dalam tempatnya
F.
Pengalas
G.
Korentang dalam tempatnya
H.
Bantalan perineum (bila perlu)
8. PROSEDUR KERJA
A.
Cuci tangan
B.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
C.
Gunakan sarung tangan
D.
Siapkan suplai
E.
Periksa identifikasi klien dan
menanyakan nama klien
F.
Infeksi kondisi genetalia eksterna
dan saluran vagina
G.
Kaji kemampuan klien menggunakan
aplikator atau supositoria dan mengambil posisi saat obat dimasukkan
H.
Alur suplai di sisi tempat tidur
I.
Tutup gorden atau pintu kamar
J.
Bantu klien berbaring dalam posisi dorsal
recumben
K.
Jaga abdomen dan ekstremitas bawah
tetap tertutup
L.
Pastikan orifisium vagina disinari
dengan baik oleh lampu kamar/lampu leher angsa (gcoseneck)
M.
Masukkan supositoria dengan tangan
terbungkus sarung tangan (lihat gambar)
N.
Beri krim/sabun sesuai dengan
petunjuk pada kemasan obat (lihat gambar)
O.
Lepas sarung tangan dengan menarik
bagian dalam sarung tangan keluar dan buang ke dalam wadah yang tepat, cuci
tangan
P.
Instruksikan klien untuk tetap
berbaring terlentang selama sekurang-kurangnya 10 menit
Q.
Apabila aplkator digunakan, cuci
dengan sabun dan air hangat, bilas dan simpan untuk penggunaan selanjutnya
R.
Tawarkan klien pembalut perineum
ketika ia mulai bergerak
S.
Inspeksi kondisi saluran vagina
dan genetalia eksterna di antara pemberian obat
T.
Catat nama obat, dosis, cara
pemberian dan waktu pemberian obat pada catatan obat.
9. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
a)
Pemberian bentuk, rute dosis waktu
yang tepat
b)
Simpankanlah obat supostoria padat
pada tempatnya
c)
Minimalkan rasa malu klien
d)
Kurangi dan cegah penularan
infeksi
e)
Jaga kenyamanan klien
f)
Pertahankan hygiene perineum
g)
Jaga privasi kerja
h)
Hindarkan tindakan yang dapat
menyebabkan pasien merasa sakit
i)
Perhatikan teknik septik dan
aseptik
j)
Pemberian obat harus dalam posisi
rekumben
k)
Menginformasikan kepada pasien
tentang apa yang terjadi.
3.6 Pemberian Obat Anus/Rektum
Merupakan cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek
lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah
feses dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki
efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk
meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria
ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna.
Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Alat dan Bahan:
1.
Obat suppositoria dalam tempatnya
2.
Sarung tangan.
3.
Kain kasa.
4.
Vaselin/pelicin/pelumas.
5.
Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
3.
Gunakan sarung tangan.
4.
Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain
kasa.
5.
Oleskan ujung pada obat suppositoria
dengan pelicin.
6.
Regangkan glutea dengan tangan
kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter
anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa,
5 cm pada bayi atau anak.
7.
Setelah selesai tarik jari tangan
dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8.
Anjurkan pasien untuk tetap
berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
9.
Setelah selesai lepaskan sarung
tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
3.7 Penyakit yang biasa terjadi pada rectum
Proktitis (radang lapisan rektum)
DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum (mukosa rektum).
Pada
proktitis ulserativa, ulkus (luka) muncul pada lapisan rektum
yang meradang. Hal ini bisa mengenai rektum bagian bawah selebar 2,5-10
cm. Beberapa kasus sudah memberikan respon terhadap pengobatan; yang
lainnya menetap atau kambuh dan membutuhkan pengobatan jangka panjang.
Beberapa kasus akhirnya berkembang menjadi kolitis ulserativa.
PENYEBAB
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
1.
Penyakit Crohn atau kolitis
ulserativa
2.
Penyakit menular seksual
(gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis, herpessimpleks, infeksi
sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.
3.
Bakteri spesifik seperti Salmonella
4.
Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak
bakteri usus normal dan memungkinkan bakteri lainnya tumbuh
5.
Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar
rektum.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki
resiko tinggi terhadap terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks atau sitomegalovirus.
Ø
GEJALA
Proktitis terutama menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran lendir dari rektum.
Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum akan terasa sangat nyeri.
Proktitis terutama menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran lendir dari rektum.
Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum akan terasa sangat nyeri.
Ø
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang menjadi penyebabnya.
Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau barium enema.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang menjadi penyebabnya.
Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau barium enema.
Ø PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh infeksi kuman spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk menghancurkan kuman yang merugikan. Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagai enema (cairan yang dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat khusus.Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu bersamaan
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh infeksi kuman spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk menghancurkan kuman yang merugikan. Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagai enema (cairan yang dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat khusus.Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu bersamaan
4.1 Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau
salep mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan
mendilatasi pupil pengukuran refksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta
penghilangan iritasi mata.
4.1.1 Persiapan alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.
ENAM
PRINSIP BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT :
1.
Benar nama pasien
2.
Benar nama obat
3.
Benar dosis obat
4.
Benar rute pemberian
5.
Benar waktu pemberian.
6.
Benar dokumentasi
4.1.4 Persiapan
Pasien
1.
Beritahukan dan tunjukan pada
klien atau keluaranya cara pemberian tetes mata dan salep mata yang benar.
2.
Beritahukan klien untuk melaporkan
perubahan penglihatan,kabur,atau hilangnya penglihatan,kesukaran bernafas,atau
kulit kemerahan
3.
Beritahukan klien untuk tidak
menyimpan obat pada tempat yang dapat menahan cahaya dan jauh dari panas.
4.
Beritahukan klien untuk tidak
menghentikan pemakaian obat secara mendadak tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan dokter yang meresepkan obat atersebut.
5.
Beritahukan klien akan perlunya
pemeriksaan medis secara terus – menerus.
6.
Nasihati klien untuk tidak
mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin yang berbahaya apabila
pandangan terganggu.
Langkah
–langkah pemberian obat / prosedur kerja apabila obat berbentuk tetes obat
1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.
Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan
posisi perawat di samping kanan.
4.
Gunakan sarung tangan.
5.
Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut matake arah hidung, apabila sangat kotor basuh dengan
air hangat.
6.
Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,
jari telunjuk di atas tulang orbital
7.
Teteskan obatmata di atas sakus konjungtiva.
8.
Teteskan sebanyak yang diresepkan
ke tengah – tengah Sakus.penetesan langsung pada kornea dapat menimbulkan rasa
tidak enak atau kerusakan.Usahakan supaya penetes tidak menyentuh lipatan
mata atau bulu mata.
9.
Dengan lembut tekan duktus
lakrimalis dengan bola kapas atau tissue steril 1-2 menit setelah
penetesan untuk mencegah absorpsi sistemik melalui kanalis lakrimalis.
10.
Klien harus menjaga agar mata tetap
tertutup selama 1-2 menit selama penetesan untuk
meningkatkan absorpsi.
` Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja
apabila obat berbentuk salep.
a)
Cuci tangan.
b)
Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
c)
Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping
kanan.
d)
Gunakan sarung tangan.
e)
Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke Buka mataarah
hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
f)
dengan menekan perlahan-lahan
bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
atas tulang orbita.
g)
Teteskan obatmata di atas sakus konjungtiva.
h)
Apabila obatmata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir
kelopak matakemudian
pencet tube sehingga obat
keluar dan berikan obatpada kelopak mata bawah. (kira – kira ¼ inci
kecuali ada petunjuk lainnya) pada sakus konjungtiva. Penetesan langsung
pada kornea dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan Setelah
selesai, anjurkan pasienuntuk
melihat ke bawah, secara bergantian dan
berikan obatpada kelopak mata bagian atasdan biarkan pasien untuk memejamkan matadan
menggerakkankelopakmata selama 2
– 3 menit.
i)
Tutupmata dengan kasa bila perlu.
j)
Beritahu klien bahwa
penglihatannya akan kabur sebentar.
k)
Berikan pada waktu tidur,jika
memungkinkan
l)
Cuci tangan.
m)
Catat obat, jumlah, waktu, dan
tempatpemberian.
Mekanisme Kerja Obat
Pada Mata
Cara memberikanobatpadamatadengan tetes mata atau salep mataobat tetes mata digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal matadengan
cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan
otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Bentuk
Obat mata
Bentuk Obat – obat mata adalah Guttae (Obat Tetes) dan ObatSalep mata .
Evaluasi : efek
samping
Evaluasi
Tindakan : Efek Samping Obat Tetes Dan Salep untuk mata adalah :
a)
Penglihatan Kabur
b)
Nyeri Pada Mata
c)
Iritasi atau Infeksi Mata
d)
Sakit Kepala
e)
Alergi Kontak
KESIMPULAN
Obat
merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan atau bisa disebut juga pencegahan adanya penyakit
yang ada didalam tubuh manusia. Obat ini sendiri mempunyai pelaksanaan atau
tanggung jawab keamanan obat dan pemberian langsung kepada pasien dengan cara
5B.
DAFTAR PUSTAKA
alfaro,R
(1998),application of nursing process A step by step guide, J.B. lippincot
philadelphia.
Anne Griffin perry dan patricia A
potter,(1997), clinical nursing skills techniques 4 thn edition, mosby year
book inc.
Hidayat, AAA dan Uliyah, M. (2006),
Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.
Priharjo, Robert. (1995), Teknik Dasar
Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta, EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar