Sabtu, 23 Maret 2013

Perdarahan Pada Kehamilan Muda II



1.       
1.      KEHAMILAN ETOPIK
a.      Definisi
Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luarkan dungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur yang sudahdibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat ada tempat yang lain atau berbeda yaitu di tempat yang dikenaldengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik meruapakan suatu kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat sel seharusnya, yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur, hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya sel telur akibat pertumbuh anembrio.
Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiar kan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam ibu, hal ini disebab kan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bias bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara besar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup .                     
b.      Penyebab Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal dan yang paling sering adalah disebab kan ada nya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi -  fallopian tube). Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi:
  • Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
  • Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
  • Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan
  • Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
  • Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorhea, klamidiadan PID (pelvic inflamamtory disease)
c.         Gejala Ektopik
Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala:
  • Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba .
  • Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak biasa
  • Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah
  • Ibu hamil mengalami pingsan
Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik
  • Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering
  • Gejala lainnya ada ah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
  • Adanya tekanan darah  rendah (hipotensi)
  • Terjadinya denyut nadi yang meningkat
d.        Diagnosa
Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnose oleh dokter, karena gejala dan tanda kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bias dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara:
  • Menggunakan USG (ultrason ography). Melalui usg dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik karena tuba falopi terdetek mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di luar uterus terdapat embrio
  • Melalui pengukuran terhadap kadar HCG (human chrionicgonadotopin – hormone kehamilan). Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar hcg nya tidak mengalami peningkatan
  • Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut (laparoskopi)
e.         Pengobatan
Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjanga kan dapat terhindarkan jika kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. Jika kehamilan ektopik telah terdektesi sejak dini, hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, hal ini dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius, seperti jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi.
f.         Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
2.        Mola Hidatidosa
a.    Definisi
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis mengalami oerubahan berupa degenerasi hidropik.
Adalah jonjot-jonjot korioan yang timbuhn berganda berupa gelembung gelembueng kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.datidosa masuk dalam keadaan
b.    Faktor - Faktor
Faktor -faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain:
a.       Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
b.      Imunoselektif dari trofoblas.
c.       Keadaan ekonomi rendah.
d.      Paritas tinggi.
e.       Kekurangan protein.
f.       Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
c.     Gejala - gejala dan tanda
Gejala mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain -lain, hanya saja keluhannya sering lebih hebat, perkembangannya lebih pesat. Adapula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan.
Perdarahan merupakan penyebab gejala utama mola, biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata- rata 12 - 14 minggu., yang dapat menyebabakan pasien mola hidatidosa masuk kedalam kea daan anemia.
Juga bisa disertai dengan preeklampsi (eklampsia), hanya perbedaannya pada mola terjadi lebih muda pada kehamilannya, penyulit lain banyak dipermasalahkan ialah tirotoksikosis, biasanya pasien meninggal karena krisis tiroid.
Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru - paru, pada mola jumlah sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.
Dapat pula sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Umumnya akan menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan namun terpat kasus dimana kista lutein baru ditemukan setelah follow up . pada kasus mola mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan dikemudian hari dari pada pada kasus tanpa kista
d.    Diagnosa
Dicurigaibila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti ballotemen.
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan kadar Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ), dengan uji biolgik dan uji imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi):
a.       Galli Mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
b.      Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan serebro-spinal dapat menjadi positif.
Bila belum jelas dapat dilakukan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (Snow flake patter) atau seperti sarang lebah (honey comb).
Diagnosa yang paling tepat bila telah melihat keluarnya gelembung mola. Namun bila menunggu mola keluar biasanya sudah terlambat karena dapat menyebabkan atau disertai perdarahan yang banyak sehingga keadaan umum pasien menurun.
Pada kehamilan Trimester I gambaran mola tidak spesifik, karena terdapat kemungkinan-kemungkinan seperti kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inklomplitus atau mioma uteri.
Pada kehamilan Trimester II umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian - bagian anekonik vesikuar berdiameter antara 5-10 mm. Pada 20 - 50% kasus dijumpai adanya kristik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka-lutein.
Dapat pula dilakukan Uji sonde, sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hatikedalam kanalis servikalis dan kavum uteri, bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola
e.    Pengelolaan Mola Hidatidosa
Terdapat 3 tahap:
1.      Perbaikan keadaan umum, misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
2.      Pengeluaran jaringan mola,dengan 2 cara diantaranya
a.       Vakum Kuretase. Setelah keadaan umum diperbaiki lakukan kuretase tanpa pembiusan untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika atau infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V dengan kecepatan 40 - 60 tetes per menit. Lakukan kuretase cukup 1 kali saja asal bersih, kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi.
b.      Histerektomi. Pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk ini kerena umur tua dan peritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.
3.      Pemeriksaan Lanjut, Tes HCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan bekisar 1 tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, difragma, atau pantang berkala.
f.     Prognosis
Kematian mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, lemah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian mola hidatidosa hampir tidak ada, akan tetapi di negara berkembang cukup tinggi yaitu berkisar 2,2 % sampai 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda - beda, berkisar antara 5,56 % , bila terjadi keganasan maka pengelolaan khusus pada divisi Onkologi Ginekologi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar