Rabu, 23 Januari 2013

Medikasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu tugas terpenting dari seorang kesehatan adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efeterapeutik yang bermanfaat.walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensimenimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang medis memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang di timbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien,dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.Adapun rute pemberian obat di bedakan atas beberapa rute antara lain secarairal, parenteral, pemberian topical, inhalasi dan intraokuler. Rute pemberian obatdipilih berdasarkan kandungan obat dan efek yang di inginkan juga kondisi fisik danmental klien
Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat (Anonim,2005).




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  MEDIKASI
Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh dokter untuk mengatasi masalah kesehatan klien untuk tujuan terapeutik/menyembuhkan .
2.1.1         PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Perhitungan rumus ketika menentukan dosis tidak semuanya tepat dalam menentukan kerja dan efek dari obat tersebut.Cara yang lebih tepat adalah dengan menentukan berdasarkan ukuran fisik atau waktu paruh dari jenis obat yang akan diberikan.

Dalam penerapan perhitungan dosis,khususnya ketika mempersiapkan obat dalam bentuk padat,cara perhitungan yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut :

 X JUMLAH YANG TERSEDIA
2.1.2        STANDAR OBAT

Obat yang digunakan sebaqiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan obat diantaranya :
a)      Kemurnian
Yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya
b)      Tidak ada percampuran
c)      Standar potensi yang baik
d)     Memiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat,
e)      Keamanan obat dan keefektivitasan  obat
Standar-standar  tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.


2.1.3        REAKSI OBAT

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh,obat akan bekerja sesuai dengan proses,kimiawi,melalui reaksi obat.Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat xdalam tubuh.

2.2  FARMAKOKINETIK
Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan keluar dari tubuh.proses ini terdiri dari absorpsi,distribusi,metabolisme,dan ekskresi obat dari tubuh manusia.setiap obat mempunyai karakteristik khusus dalam kecepatan dan bagaimana obat tersebut akan diserap oleh jaringan,kemudian dihantarkan pada sel-sel tubuh dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya bagi tubuh yang akhirnya keluar dari tubuh kita.
a)      Absorpsi
Proses zat-zat dari obat masuk kedalam aliran/pembuluh darah .cara pemberian berdampak pada kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang akan diserap tubuh. Pemberian secara intravena merupakan cara tercepat dalam absorpsi obat,kemudian diikuti dengan pemberian intramuskular ,subkutans ,dan oral.
b)      Distribusi
Proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel target.Proses dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh,jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan dari obat tersebut
c)      Metabolisme
Proses diaktivasi /detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh.Proses ini terutama berlangsung didalam hepar,namun juga berlangsung didalam ginjal,plasma darah,mukosa,usus,dan paru-paru.Gangguan pada fungsi hepar adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit dapat mempengaruhi kecepatan detoksifikasi obat yang berlangsung didalam tubuh.
d)      Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain dikeluarkan melalui paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh buruk pada proses ini.

2.3  FARMAKODINAMIKA
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari obat didalam tubuh. Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat untuk mengevaluasi efek terapeutik dan efek lainnya dari pengobatan. Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia antara zat-zat obat dengan sel-sel tubuh untuk menghasilkan respon biologis tubuh. Kebanyakan obat bereaksi dengan komponen sel untuk menstimulasi perubahan biokimia dan fisiological sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh. Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam tubuh. Contohnya adalah efek lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada kulit. Sedangkan pada pemberian obat analgesik, efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek sedatif), paru-paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang diharapkan adalah pereda nyeri. Efek medikasi dapat dimonitor melalui perubahan klinis yang terjadi pada kondisi klien. Secara umum, peningkatan kualitas pada gejala dan hasil laboratorium menunjukkan efektivitas medikasi.
2.3.1  EFEK OBAT
1)    Efek Terapeutik
Adalah efek yang diinginkan atau efek tujuan dari medikasi yang diberikan. Efek tersebut bervariasi berdasarkan bahan dasar obat, lama penggunaan obat, dan kondisi fisik klien. Beberapa diantaranya juga dipengaruhi interaksi antar obat yang dikonsumsi. Puncak reaksi obat sangat bervariasi tergantung dari obat yang diberikan dan cara pemberian yang dilakukan.
2)     Efek Merugikan
Adalah efek lain dari obat selain efek terapi yang diinginkan. Efek merugikan ini dapat merupakan efek lanjutan dari efek terapi, misalnya hipotensi dapat terjadi ketika pemberian antihipertensi. Beberapa efek yang merugikan ini dapat ditangani segeraseperti konstipasi, namun ada pula yang memerlukan perhatian lebih, misalnya depresi pernafasan. Efek ini sering terjadi pada klien yang sangat parah kondisi dan menerima banyak medikasi
3)    Efek samping
Efek merugikan obat dengan skala kecil disebut juga efek samping obat. Banyak efek samping yang tidak berbahaya dan dapat diabaikan, namun ada pula yang dapat membahayakan terutama ketika ada obat baru yang diberikan atau ditambahkan dosisnya. Perawat harus waspada terhadap efek merugikan dari obat ini.


4)    Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah kliaen minum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama

2.4  REAKSI PEMBERIAN OBAT

1)        Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari pengobatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang diberikan lebih dari kebutuhan klien sehingga menimbulkan efek lain yang tidak diinginkan. Contohnya adalah ketika seorang pria dewasa dengan berat badan normal biasanya dapat diberikan meperidin (sedatif) dengan dosis 75 – 100 mg, namun pada klien lansia dengan berat badan rendah akan mengalami durasi reaksi yang lebih lama dan dapat mengalami penurunan kesadaran dengan dosis meperidin yang sama. Biasanya, dengan menurunkan dosis dan meningkatkan interval waktu pemberian, maka obat tersebut dapat dikonsumsi dengan aman.
2)        Toleransi
Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak berespon terhadap obat yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek terapi yang diinginkan. Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi terhadap obat adalah nikotin, etil alkohol, opiat dan barbiturat.
3)             Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima obat sebagai benda asing, sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan dan mengeluarkan benda asing tersebut. Akibatnya akan menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari ringan sampai berat. Reaksi alergi yang ringan diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria), pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2 minggu pada klien setelah mengkonsumsi obat. Reaksi pada kulit ( gatal-gatal, kemerahan, dan lesi) biasanya meningkat setelah klien menghentikan medikasi terutama obat yang memiliki kegunaan yang sama dengan antihistamin. Reaksi alergi yang parah dapat mengakibatkan gejala seperti sesak nafas (wheezing, dispneu), angioedema pada lidah dan orofaring, hipotensi, dan takikardia segera setelah pemberian obat. Reaksi ini disebut reaksi anafilaktik dan membutuhkan tindakan medis segera karena dapat berakibat fatal. Tindakan yang dapat dilakukan adalah menghentikan segera pemberian obat tersebut, segera berikan epinefrin, cairan infus (normal saline), steroid, dan antihistamin.
5)             Toksisitas
Atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi. Perhatian harus diberikan pada dosis dan tingkat toksik obat, dengan menevaluasi fungsi ginjal dan hepar. Beberapa obat dapat langsung berefek toksik setelah diberikan, namun obat lainnya tidak menimbulkan efek toksik apapun selama berhari-hari lamanya. Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ. Hal yang umum terjadi adalah nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak), hepatotosisitas (hepar), imunotoksisitas (sistem imun), dan kardiotoksisitas (jantung). Pengetahuan tentang efek toksisitas obat akan membantu perawat untuk mendeteksi dini dan mencegah kerusakan organ secara permanen pada klien.
6)             Interaksi antar obat(reaksi inkompabilitas obat)
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat lain atau makanan yang mempengaruhi kerja obat didalam tubuh. Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan efek terapi dari obat atau saling bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan dapat juga mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivasi antibiotik tetrasiklin akibat makanan yang berasal dari produk susu. Dalam beberapa kasus, juga terjadi reaksi penggumpalan zat-zat yang tedapat didalam obat, hal ini disebut reaksi inkompabilitas obat. Hampir seluruh obat-obatan akan berefek buruk bila berinteraksi dengan obat lainnya, namun tidak selamanya dapat dihindarkan untuk memberikan obat yang tidak saling berefek merugikan.

2.5  TEKNIK PEMBERIAN OBAT
Ø  PER ORAL
Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah ,mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai efek terapi dari jenis obat
Seperti :
·         Sublingual Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Ø  Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
·         Bukal
Ø  Keuntungan          : praktis, aman, dan ekonomis
Ø  Kelemahan            : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada saluran cerna

Ø PARENTAL

Adalah cara pemberiaan obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah
Ø  Keuntungan          : efek timbul lebih cepat dan teratur ,dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah ,sangat berguna dalam keadaan darurat.
Ø  Kerugian               : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis, membutuhkan tenaga medis.
Ø  Meliputi                : Intracutan, intravena ,subcutan ,dan intramuscular
·         Intracutan Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
·         Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis,Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
·         Intramusculer Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat
·         Intravena Pengertian : Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah. Tujuan :  Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat Lokasi yang digunkan untuk penyuntikan
·         Intravena adalah Pemberian Obat Intravena Melalui Selang. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah) Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
·         Rectal Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
2.6   KEAMANAN DALAM PEMBERIAN OBAT

1.             BENAR OBAT
pastikan obat yang diberikan benar, merk ataupun nama dagang berbeda-beda tetapi kandungan obatnya harus sesuai advis dokter. jangan segan menanyakan kepada dokter yang memberi advis apabila penulisannya kurang jelas
2.             BENAR DOSIS
pastikan dosis yang diberikan benar. yang menjadi masalah biasanya dosis yang tidak sama dengan sediaan obat, misalkan metronidazole 1 x 750 mg, sediaan obat hanya 500 mg per botol, jadi kita berikan satu setengah botol. atau dalam pemberian obat kemoterapi, perhatikan dengan benar dosisnya, misalnya pemberian flouracyl 650 mg, sediaan flouracyl 1000mg dalam serbuk vial. sebelumnya kita oplos dengan aquabidestilata 10 cc, jadi dalam 1 cc terdapat 100 mg flouracyl, maka untuk dosis 650 mg berarti kita mengambil 6,5 cc dalam spuit.
3.             BENAR WAKTU
pastikan waktu pemberiannya benar. terutama terapi antibiotika, harus tepat. misal pemberian cefotaxime 3 x 1gr per hari , maka pembagian waktunya harus tepat tiap 8 jam, misal jam 8-jam 16-jam 24. periksa kembali buku catatan terapi pasien dengan teliti
4.             BENAR PASIEN
pastikan pasien yang akan diberikan obat benar. tidak boleh mengacu pada papan nama pada bed pasien. harus ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya, pastikan sama dengan catatan terapi pada saat akan pemberian obat
5.             BENAR CARA PEMBERIANNYA
pastikan benar dalam cara pemberiannya. jangan sepelekan terapi oral, terkadang ada yang harus sublingual, dikunyah, atau tidak boleh diminum bersamaan dengan obat oral lainnya. hati-hati dalam menyuntik, pemberian intravena memiliki efek sangat cepat, karena langsung dialirkan ke seluruh tubuh melalui darah, apabila salah dan tidak ditangani dengan cepat, akan dapat membahayakan keselamatan pasien
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat.
Saat efek pengobatan mengalami kegagalan atau tidak optimal maka kita bisa mengevaluasi beberapa hal berikut :
·         Ketepatan diagnosa penyakit
·         Jenis obat yang dipilih hendaknya sesuai dengan penyakit yang menyerang
·         Tepatnya dosis obat yang diberikan
·         Rute pemberian obat haruslah sesuai dengan jenis obat

















DAFTAR PUSTAKA


Alfaro,R,(1998),Application of Nursing Prosses A Step by Step Guide,J.B.Lippincot  Philadelphia.
Anne Griffin Perry dan Patricia A potter,(1997),Clinical Nursing Skills Techniques,4th Edition,Mosby Year Book Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar