Sabtu, 23 Maret 2013

Perdarahan Pada Kehamilan Muda II



1.       
1.      KEHAMILAN ETOPIK
a.      Definisi
Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luarkan dungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur yang sudahdibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat ada tempat yang lain atau berbeda yaitu di tempat yang dikenaldengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik meruapakan suatu kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat sel seharusnya, yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur, hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya sel telur akibat pertumbuh anembrio.
Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiar kan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam ibu, hal ini disebab kan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bias bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara besar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup .                     
b.      Penyebab Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal dan yang paling sering adalah disebab kan ada nya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi -  fallopian tube). Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi:
  • Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
  • Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
  • Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan
  • Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
  • Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorhea, klamidiadan PID (pelvic inflamamtory disease)
c.         Gejala Ektopik
Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala:
  • Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba .
  • Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak biasa
  • Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah
  • Ibu hamil mengalami pingsan
Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik
  • Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering
  • Gejala lainnya ada ah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
  • Adanya tekanan darah  rendah (hipotensi)
  • Terjadinya denyut nadi yang meningkat
d.        Diagnosa
Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnose oleh dokter, karena gejala dan tanda kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bias dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara:
  • Menggunakan USG (ultrason ography). Melalui usg dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik karena tuba falopi terdetek mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di luar uterus terdapat embrio
  • Melalui pengukuran terhadap kadar HCG (human chrionicgonadotopin – hormone kehamilan). Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar hcg nya tidak mengalami peningkatan
  • Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut (laparoskopi)
e.         Pengobatan
Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjanga kan dapat terhindarkan jika kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. Jika kehamilan ektopik telah terdektesi sejak dini, hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, hal ini dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius, seperti jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi.
f.         Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
2.        Mola Hidatidosa
a.    Definisi
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis mengalami oerubahan berupa degenerasi hidropik.
Adalah jonjot-jonjot korioan yang timbuhn berganda berupa gelembung gelembueng kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.datidosa masuk dalam keadaan
b.    Faktor - Faktor
Faktor -faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain:
a.       Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
b.      Imunoselektif dari trofoblas.
c.       Keadaan ekonomi rendah.
d.      Paritas tinggi.
e.       Kekurangan protein.
f.       Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
c.     Gejala - gejala dan tanda
Gejala mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain -lain, hanya saja keluhannya sering lebih hebat, perkembangannya lebih pesat. Adapula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan.
Perdarahan merupakan penyebab gejala utama mola, biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata- rata 12 - 14 minggu., yang dapat menyebabakan pasien mola hidatidosa masuk kedalam kea daan anemia.
Juga bisa disertai dengan preeklampsi (eklampsia), hanya perbedaannya pada mola terjadi lebih muda pada kehamilannya, penyulit lain banyak dipermasalahkan ialah tirotoksikosis, biasanya pasien meninggal karena krisis tiroid.
Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru - paru, pada mola jumlah sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian.
Dapat pula sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Umumnya akan menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan namun terpat kasus dimana kista lutein baru ditemukan setelah follow up . pada kasus mola mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan dikemudian hari dari pada pada kasus tanpa kista
d.    Diagnosa
Dicurigaibila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti ballotemen.
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan kadar Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ), dengan uji biolgik dan uji imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi):
a.       Galli Mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
b.      Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan serebro-spinal dapat menjadi positif.
Bila belum jelas dapat dilakukan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (Snow flake patter) atau seperti sarang lebah (honey comb).
Diagnosa yang paling tepat bila telah melihat keluarnya gelembung mola. Namun bila menunggu mola keluar biasanya sudah terlambat karena dapat menyebabkan atau disertai perdarahan yang banyak sehingga keadaan umum pasien menurun.
Pada kehamilan Trimester I gambaran mola tidak spesifik, karena terdapat kemungkinan-kemungkinan seperti kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inklomplitus atau mioma uteri.
Pada kehamilan Trimester II umumnya lebih spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian - bagian anekonik vesikuar berdiameter antara 5-10 mm. Pada 20 - 50% kasus dijumpai adanya kristik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka-lutein.
Dapat pula dilakukan Uji sonde, sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hatikedalam kanalis servikalis dan kavum uteri, bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola
e.    Pengelolaan Mola Hidatidosa
Terdapat 3 tahap:
1.      Perbaikan keadaan umum, misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
2.      Pengeluaran jaringan mola,dengan 2 cara diantaranya
a.       Vakum Kuretase. Setelah keadaan umum diperbaiki lakukan kuretase tanpa pembiusan untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika atau infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V dengan kecepatan 40 - 60 tetes per menit. Lakukan kuretase cukup 1 kali saja asal bersih, kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi.
b.      Histerektomi. Pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk ini kerena umur tua dan peritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga.
3.      Pemeriksaan Lanjut, Tes HCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan bekisar 1 tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, difragma, atau pantang berkala.
f.     Prognosis
Kematian mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, lemah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian mola hidatidosa hampir tidak ada, akan tetapi di negara berkembang cukup tinggi yaitu berkisar 2,2 % sampai 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda - beda, berkisar antara 5,56 % , bila terjadi keganasan maka pengelolaan khusus pada divisi Onkologi Ginekologi

 

Perdarahan Pada Kehamilan Muda I



Seorang wanita yang sedang hamil harus lebih waspada dengan apa yang terjadi pada dirinya karena banyak sekali kondisi-kondisi yang mengancam pada kehamilan. Tidak sedikit juga ibu yang mengeluhkan perdarahan pada trimester atau 3 bulan pertama kehamilannya. Yang akan kita bicarakan di sini adalah perdarahan yang terjadi pada saat seorang ibu hamil muda.
Perdarahan yang terjadi saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil anggur. Meskipun tanda dan gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita ketahui tentang masing-masing kasus tersebut.
  1. Abortus
a.      Pengertian Abortus
Abortus/aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan berat badan janin <500 gram dan usia kandungan < 20 minggu. Usia kehamilan yang cukup bulan/aterm adalah 37-40 minggu.
Keguguran atau dalam bahasa medis biasa dikenal sebagai abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Ada juga definisi lain yang menyebutkan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin < 500 gram.
Keguguran dibagi menjadi 2, keguguran spontan dan buatan. Keguguran spontan sendiri sebabnya belum jelas, tapi dari beberapa literatur disebutkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keguguran. Pertama ialah perkembangan sel telur yang abnormal secara struktur maupun genetiknya. Selanjutnya adalah kondisi ibu. Ibu harus memperhatikan dirinya sendiri seperti saat terkena demam, infeksi akut (pneumonia, tifus, dsb), penyakit-penyakit kronis (misalnya kelainan hormon), dan trauma (riwayat operasi atau kecelakaan saat hamil). Dan yang terakhir adalah kelainan rahim seperti serviks yang inkompeten, ada tumor di rahim, atau bahkan kelainan bentuk rahim yang dibawa dari lahir. Sedangkan abortus buatan adalah keguguran yang disengaja, bisa karena ada alasan medis ataupun tanpa alasan medis yang melanggar hukum. Tanda-tanda dari keguguran adalah perdarahan, atau bahkan keluarnya ‘sesuatu’ seperti daging. Gejala yang juga bisa ditemukan adalah nyeri yang terus-terusan, seperti orang mau melahirkan. Namun mungkin saja perdarahan tidak disertai rasa nyeri. Kalau ibu hamil sudah menemui tanda-tanda seperti itu, segera hubungi dokter, sebaiknya jangan ditunda lagi.


b.      Tanda-Tanda Terjadinya Abortus
Tanda-tanda terjadinya abortus pada umumnya adalah:
  1. Terjadi kontraksi uterus/rahim
  2. Terjadi perdarahan uterus/rahim
  3. Dilatasi serviks (pelebaran mulut rahim)
  4. Ditemukan sebagian atau seluruh hasil konsepsi/pembuahan
c.       Mekanisme Terjadinya Abortus
Pada kehamilan, janin menempel di endometrium (dinding uterus/rahim bagian dalam). Untuk itu, endometrium harus tebal karena jika tipis maka janin tidak bisa menempel di endometrium dengan sempurna. Tebal / tipisnya endometrium dipengaruhi oleh hormon progesteron. Semakin banyak hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tebal sehingga janin bisa menempel dengan sempurna. Sebaliknya semakin sedikit hormon progesteron, maka endometrium akan semakin tipis sehingga janin kurang menempel dan akan terjadi keguguran/abortus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya abortus/keguguran adalah kurangnya hormon progesteron.
d.      Klasifikasi Abortus
Abortus diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1.      Abortus Spontan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu yang berlangsung tanpa tindakan / tanpa disengaja.
Penyebab Abortus Spontan
Abortus spontan dapat disebabkan oleh:
- Kurangnya hormon progesteron
- Kelainan kromosom
- Infeksi (chlamydia, mycoplasma, dll)
- Gangguan endokrin/hormon (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- Oksidan (rokok, alkohol, radiasi, dan toksin), dll


Macam-macam Abortus Spontan
1. Abortus  Imminens
Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam (lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
-          Tanda dan gejala:
a.       Perdarahan vagina: merah segar atau coklat
b.      Jumlah perdarahan sedikit/ perdarahan bercak
c.        Dapat terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu
d.      Kram abdomen bagian bawah atau sakit punggung normal
-          Manajemen
a. Trimester I dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram
1) Tirah baring tidak terlalu bermanfaat; aktivitas normal dapat dilanjutkan kembali kecuali wanita merasa tidak nyaman atau lebih memilih untuk istirahat
2) Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi, atau memasukkan sesuatu ke vagina)
3) Tidak melakukan aktivitas seksual yang menimbulkan orgasme
4) Segera beritahu bidan jika terdapat :
-          Perdarahan meningkat
-          Kram dan nyeri pinggang meningkat
-          Semburan cairan dari vagina
-          Demam atau gejala mirip flu
5) Periksakan pada hari berikutnya di rumah sakit
-          Evaluasi tanda-tanda vital
-          Pemeriksaan dengan speculum-merupakan skrining vaginitis dan servisitis; observasi bukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian-bagian janin
-          Pemeriksaan bimanual-ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi ketuban. Dapatkan nilai hemoglobin dan hematokrit, jenis dan Rh (jika belum ada)
b. Jika pemeriksaan negative, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasuara untuk menentukan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita
c. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasuara negatif, tenangkan wanita, kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
d. Konsultasi ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasuara menunjukan hasil abnormal

2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering, serviks sudah terbuka.
Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi. Abortus ditandai dengan:
  1. Perdarahan lebih banyak
  2. Perut mules (sakit) lebih hebat
  3. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan/hasil konsepsi dapat teraba
Penanganan
1. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
a)      Berikan ergometrin 0,2 mg I.M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu)
b)      Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
a)      Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b)      Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus Inkomplitus
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan konsepsi keluar.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan bila perlu dilakukan kuretase. Ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus. Gejala klinis yang dapat terjadi:
1)      Perdarahan berlangsung terus
2)      Perdarahan mendadak
3)      Disertai infeksi dengan suhu tinggi
4)      Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma)
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:
1)      Kanalis servikalis terbuka
2)       Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis
3)      Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus
4)      Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah
Penanganan
1)      Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg per oral
2)      Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
  1. Aspirasi Vakum Manual (AVM), kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
  2. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3)      Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
  1. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
  2. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
  3. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4)      Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. AbortusKompletus
Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup, keluar jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu. Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gambaran klinisnya adalah uterus mengecil, perdarahan sedikit, dan kanalis telah tertutup.
Penanganan:
-          Tidak perlu evakuasi lagi
-          Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
-          Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
-          Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah
-          Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut
5. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih berturut-turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus (mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada kasus abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya kelainan anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor hormonal / imunologi / kromosom.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras, dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi (hipofibrinogenemia).
2.      Abortus Buatan
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan yang disengaja.
3.      Abortus Terapeutik
adalah abortus buatan yang dilakukan pada kehamilan sebelum 20 minggu atas indikasi tindakan medis.